Latest News

Paham Empirisisme Sebagai Sumber Pengetahuan

Empirisisme adalah paham filosofis yang mengatakan bahwa sumber satu-satunya bagi pengetahuan insan yaitu pengalaman. Paham empirisisme dan para filsuf empirisis tolong-menolong ingin menanggapi problem yang diajukan skeptisisme, yaitu bagaimana kita bisa hingga pada pengetahuan yang pasti benar ?

Seperti halnya kaum rasionalis, kaum empirisis pun ingin mencari dasar yang kokoh, dasar pembenaran bagi pengetahuan sejati. Mereka ingin mencari bukti yang besar lengan berkuasa bagi pengetahuan yang benar. Merekapun berusaha menemukan  pembenaran, atau pembuktian yang kokoh bagi pengetahuan manusia. Mereka juga menuntut kepastian akan kebenaran pengetahuan mausia, dan karenanya menolak pengetahuan yang tidak didasarkan pada bukti yang meyakinkan.

Yang paling pokok untuk bisa hingga pada pengetahuan yang benar, menurut kaum empirisis yaitu data dan fakta yang ditangkap oleh panca indera kita. Dengan kata lain, satu-satunya pengetahuan yang benar yaitu yang diperoleh melalui pengalaman dan pengamatan panca indera. Maka, sumber pengetahuan adalah pengalaman dan pengamatan panca indera tersebut yang memberi data dan fakta bagi pengetahuan kita. Semua konsep dan wangsit yang kita anggap benar tolong-menolong bersumber dari pengalaman kita dengan objek yang kita tangkap melalui panca indera. Oleh karena itu, bagi kaum empirisis, semua pengetahuan insan bersifat empiris. Pengetahuan yang benar dan sejati, yaitu pengetahuan yang pasti benar yaitu pengetahuan indrawi, pengetahuan empiris.


Pengalaman yang dimaksud oleh paham empirisisme yaitu pengalaman yang terjadi melalui dan berkat pinjaman panca indera. Pengalaman semacam ini berkaitan dengan data yang ditangkap melalui panca indera, khususnya yang bersifat spontan dan langsung. Dengan kata lain, pengalaman, penelitian pribadi di lapangan untuk mengumpulkan fakta dan data, itulah yang merupakan titik tolak dari pengetahuan insan karena pada dasarnya kita tahu ihwal sesuatu hanya berdasarkan dan hanya dengan titik tolak pengalaman indrawi kita. Tidak ada sumber pengetahuan lain selain pengalaman.  Maka, panca indera, dan bukan logika budi, memainkan peranan penting dengan menyajikan bagi kita pengalaman pribadi dengan obyek tertentu.

Panca indera memainkan peranan terpenting dibandingkan dengan logika kebijaksanaan karena :

  1. Semua proposisi yang kita ucapkan merupakan hasil laporan dari pengalaman atau yang disimpulkan dari pengalaman.
  2. Kita tidak bisa punya konsep atau wangsit apapun ihwal sesuatu kecuali yag didasarkan pada apa yang diperoleh dari pengalaman.
  3. Akal kebijaksanaan hanya bisa berfungsi kalau punya contoh ke realitas atau pengalaman.
Dengan demikian bagi kaum empirisis, logika kebijaksanaan hanya mengkombinasikan pengalaman indrawi untuk samapai pada pengetahuan. Maka tanpa pengalaman indrawi tidak ada pengetahuan apa-apa.

Beberapa tokoh paham empirisisme yaitu :

1. John Locke.
Menurut John Locke, semua konsep atau wangsit yang mengungkapkan pengetahuan manusia, tolong-menolong berasal dari pengalaman manusia. Konsep atau ide-ide ini diperoleh dari panca indera atau dari refleksi atas apa yang diberikan oleh panca indera.
John Locke menolak pendapat kaum rasionalis bahwa insan telah dilahirkan dengan ide-ide bawaan, dengan prinsip-prinsip pertama yang bersifat mutlak dan umum. Baginya, insan dilahirkan di dunia ini bagaikan sebuah kertas putih yang kosong, tanpa ada wangsit dan konsep apapun.Jiwa insan yaitu ibarat tabula rasa. Maka, kalau kita mempunyai konsep atau wangsit tertentu ihwal dunia ini, itu harus dianggap sebagai wangsit yang keliru.
John Locke membedakan wangsit menjadi dua macam, yaitu :
  • Ide-ide sederhana, yaitu wangsit yang kita tangkap melalui penciuman, penglihatan, rabaan, dan lain sebagainya. Pada ketika indera kita menangkap sesuatu obyek secara pribadi dan spontan, maka muncul ide-ide ihwal obyek itu. Seperti manis, kasar, hitam, besar, kecil, dan lain sebagainya.
  • Ide-ide kompleks, yaitu hasil dari refleksi, hasil dari olah pikir logika budi. Jadi, tidak diberikan pribadi oleh obyek itu. Oleh karena itu ide-ide kompleks inilah yang bisa keliru.
Dengan pembagian wangsit tersebut, John Locke ingin menegaskan bahwa pengetahuan insan bersumber dari pengalaman. Pengetahuan itu diperoleh dari sensasi pribadi yang melahirkan ide-ide sederhana atau melalui refleksi atas sensasi pribadi itu yang melahirkan ide-ide kompleks. Pembagian wangsit oleh John Locke tersebut juga untuk menjawab pertanyaan : Dari mana kita memperoleh ide-ide kita ihwal sesuatu ?

Sedangkan untuk menjawab pertanyaan : Apakah kita dapat mengandalkan apa yang ditangkap oleh panca indera kita untuk bisa hingga pada pengetahuan ? John Locke membedakan antara :
  • Sifat atau kualitas primer dari obyek. Kualitas primer mencakup berat, gerak, luas, dan jumlah. Dalam menangkap kualitas-kualitas ini, panca indera kita mereproduksi sifat atau kualitas obyektif pada obyek itu apa adanya. 
  • Sifat atau kualitas sekunder dari obyek. Mencakup rasa, warna, panas dingin, dan semacamnya. Dalam menangkap kualitas sekunder, panca indera kita hanya memproduksi sifat atau kualitas luar saja dari obyek.
dengan pembagian ini John Locke ingin mengatakan bahwa kita hanya bisa hingga pada pengetahuan yang pasti, tidak bisa diragukan, dan bersifat universal dalam kaitan dengan kualitas primer dari obyek yang kita tangkap dengan panca indera.

2. David Hume.
David Hume mengatakan bahwa semua bahan pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi kita. Dengan demikian, ia pun menolak paham rasionalisme bahwa pengetahuan insan bersumber dari logika kebijaksanaan manusia.
Menurut david Hume, pemahaman insan dipengaruhi oleh sejumlah kepastian dasar tertentu dan bahwa kepastian-kepastian ini merupakan bab dari naluri alamiah manusia, yang tidak dihasilkan ataupun bisa dicegah oleh logika kebijaksanaan atau proses anutan manusia. Dengan kata lain, melalui naluri alamiah manusia, insan bisa mencapai kepastian-kepastian yang memungkinkan pengetahuan manusia.
David Hume membedakan dua proses mental dalam diri manusia, yaitu :
  1. Kesan (impresi), yang merupakan semua macam pencerapan panca indera yang lebih hidup dan pribadi sifatnya. 
  2. Pemikiran atau wangsit yang kurang hidup dan kurang pribadi sifatnya. 
Dari impresi ini muncul ide-ide sederhana yang berkaitan dengan obyek yang kita tangkap secara pribadi dengan panca indera. Selanjutnya, dari wangsit sederhana itu, logika kebijaksanaan insan bisa melahirkan ide-ide majemuk ihwal hal-hal yang tidak kita tangkap melalui panca indera kita. Ide-ide ini kendati lepas dan berbeda satu sama lain, diolah lebih lanjut olah logika kebijaksanaan insan sehingga melahirkan keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan ini dicapai dengan menggunakan prinsip yang oleh David Hume disebut dengan hukum asosiasi, yang terdiri dari tiga unsur, yaitu :
  • Prinsip kemiripan, yang berarti wangsit ihwal suatu obyek cenderung melahirkan dalam logika kebijaksanaan kita obyek lainnya yang serupa atau mirip. Dengan prinsip ini selanjutnya kita bisa membuat klasifikasi, yang memungkinkan banyak wangsit yang serupa atau yang ibarat bisa dikelompokkan menjadi satu.
  • Prinsip kontinuitas dalam daerah dan waktu, yaitu kecenderungan logika kebijaksanaan untuk mengingat hal lain yang punya kaitan dengan hal atau peristiwa lainnya.
  • Prinsip alasannya dan akibat. Ide yang satu memunculkan wangsit yang lain ihwal alasannya atau akhir dari hal atau peristiwa tersebut.
Dengan ketiga prinsip tersebut David Hume hendak mengatakan bahwa walaupun logika kebijaksanaan insan tidak mengenal adanya ide-ide bawaan semenjak lahir, namun logika kebijaksanaan sudah punya kecenderungan bawaan semenjak lahir untuk mengolah dan menyusun ide-ide yang timbul melalui perembesan panca indera sesuai dengan ketiga prinsip tersebut di atas.

Ada beberapa hal penting yang menyangkut pandangan empirisisme, yaitu :
  1. Kaum empirisis mengakui bahwa persepsi atau proses penginderaan hingga tingkat tertentu tidak dapat diragukan.
  2. Dari empirisisme David Hume terlihat terang bahwa empirisisme hanyalah sebuah tesis ihwal pengetahuan empiris, yaitu pengetahuan ihwal dunia yang berkaitan dengan pengalaman manusia.
  3. Karena lebih menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan manusia, kaum empirisis kesannya lebih menekankan metode pengetahuan induktif, yaitu cara kerja ilmu-ilmu empiris yang mendasarkan diri pada pengamatan, pada eksperimen untuk bisa hingga pada pengetahuan yang umum tidak terbantahkan. Oleh karena itu, pengetahuan yang ditekankan kaum empirisis yaitu pengetahuan aposteriori.

Sikap dasar kaum empirisis ini mempunyai sumbangan besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena memacu percobaan yang didasarkan pada observasi dan penelitian empiris.

Semoga bermanfaat.

0 Response to "Paham Empirisisme Sebagai Sumber Pengetahuan"