Latest News

Riyoyo Unduh-Unduh. Thanksgiving versi Indonesia

Riyoyo unduh-unduh atau hari raya unduh-unduh merupakan upacara persembahan setelah para petani memanen hasil buminya. Acara ini dimaksudkan untuk memanjatkan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkat panen yang melimpah.

Riyoyo unduh-unduh mampu ditemui di kalangan masyarakat daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Acara ini terutama diselenggarakan oleh masyarakat Katolik di kedua daerah tersebut. Riyoyo unduh-unduh diadakan setelah hari raya Paskah di awal Mei . Di mana pada ketika itu, biasanya petani-petani sudah memanen hasil bumi. 

Unduh-unduh merupakan tradisi turun temurun yang masih terjaga. Dari beberapa sumber diketahui bahwa perayaan unduh-unduh ini telah dilaksanakan kira-kira semenjak tahun 1881, ketika gereja tertua di Jawa Timur didirikan, yaitu Gereja Katolik Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno. Nama unduh-unduh sendiri bersal dari kata ngunduh yang memeiliki arti memanen dalam bahasa Jawa. 

Kemeriahan unduh-unduh tidak lepas dari masyarakat Jawa sebagai masyarakat agraris. Dahulu sekali, masyarakat mengenal Dewi Sri sebagai dewi pemberi berkah panen. Sebagai balas jasa, ketika panen tiba, mereka akan menyisihkan sebagian hasil panen dan mempersembahkannya kepada Dewi Sri. Tradisi ini kemudian berkembang, unduh-unduh pun diselaraskan dengan isi Bibel yang juga mengajarkan umat Katolik untuk menunjukkan persembahan pertama dan terbaik kepada Tuhan. Persembahannya berupa hasil panen, ibarat beras, buah-buahan, sayur-sayuran, dan banyak sekali tanaman lain.


Biasanya riyoyo unduh-unduh dimulai pukul enam pagi bersamaan dengan dibunyikannya konceng gereja. Pada ketika itu terdegar pula irama lesung yang dipukul bertalu-talu oleh para ibu. Arak-arakan ibarat karnaval 17 Agustusan mulai tampak di sepanjang jalan. Ada beragam patung dan ornamen bernuansa kristiani yang diarak masyarakat. Jika diperhatikan dengan jeli, kita mampu mengetahui bahwa semua patung dan ornamen tersebut terbuat dari hasil alam yang dipanen masyarakat setempat. Misalnya ialah batang-batang padi. Setelah ditata dengan apik dan rapi, batang padi tersebut mampu dibuat membentuk patung orang, salip raksasa, dan bahkan rumah. Hasil bumi lainnya, seerti ubi atau labu menjadi penghias yang tidak kalah menariknya.  Tidak tanggung-tanggung, untuk menghasilakan satu arak-arakkan hias, penduduk mampu menghabiskan biaya sampai jutaan rupiah.

Prosesi yang digelar diadaptasi dengan budaya setempat. Gereja Katolik Jawi Wetan (GKJW) Surabaya pernah menghadirkan reog dalam kemeriahan riyoyo unduh-unduh. Sedangkan umat Katolik di daerah Patalan, Jetis, Bantul dan Yogyakarta mengarak hasil buminya dengan memakai pakaian budbahasa Jawa sembari menyenandungkan lagu-lahu kebanggaan berbahasa Jawa. 

Puncak program unduh-unduh ialah lelang hasil bumi yang terkumpul. Siapapu mampu menawar dengan harga tertinggi. Uang hasil lelang akan digunakan untuk memenuhi banyak sekali kebutuhan jemaat gereja.

Melihat program riyoyo unduh-unduh, kita akan membandingkannya dengan program Thanksgiving Day di negara-negara barat. Sebagaimana riyoyo unduh-unduh, Thanksgiving juga merupakan perayaan pengucapan syukur yang biasanya ditandai dengan program makan malam keluarga dengan hidangan utama berupa daging kalkun. Pada awalnya, Thanksgiving Day terutama di Amerika dan Kanada, diadakan sebagai bentuk ucapan syukur atas hasil panen yang masyarakat terima. Kini hari Thanksgiving di negara-negara tersebut telah menjadi hari libur nasional. (majalah Sekar)

Semoga bermanfaat.

0 Response to "Riyoyo Unduh-Unduh. Thanksgiving versi Indonesia"